Sisi News

Krisis properti di Tiongkok menyebabkan salah pengembang terbesar di dunia, yaitu Evergrande Group harus menyatakan diri bangkrut sebagai perusahaan. Diketahui, perusahaan yang berkantor pusat di Guangzhou itu memiliki utang sebesar Rp5.000 triliun, sebagaimana dikutip dari Laporan Tahunan Evergrande tahun 2022.

Dari beban utang yang dimiliki perusahaan yang terdaftar di HKEX tersebut, banyak yang jatuh tempo di tahun 2023. Semenjak pandemi Covid-19, Evergrande memang sudah mengalami kesulitan.

Hal itu terjadi karena pada tahun 2019, perusahaan yang menjadi sponsor utama klub bola Guangzhou tersebut sedang membangun secara masif pulau buatan di wilayah Hainan.

Baca Juga: Menabung atau Investasi Saham, Mana yang Lebih Untung?

Pulau buatan tersebut dinamakan ‘Ocean Flower Island’ yang dibangun di atas lahan seluas 381 hektar. Total biaya yang dikeluarkan untuk membangun mega proyek tersebut ditaksir mencapai $24 miliar.

Dikutip dari SCMP, semenjak Evergrande mengalami kesulitan keuangan dan utang yang menumpuk, 39 struktur bangunan di Ocean Flower Island resmi diruntuhkan.

Dengan bangkrutnya Evergrande, tentu menjadi kekhawatiran perusahaan properti lain dan lembaga keuangan yang memberikan pinjaman besar ke pengembang properti dunia.

Bahkan dampaknya sampai ke Indeks Dow Jones Amerika Serikat. Dalam seminggu terakhir, Dow Jones mengalami penurunan hampir 5%. Diprediksi penurunan tersebut akan berlanjut hingga ada kabar ‘angin segar’ mengenai sektor properti di Tiongkok.

Di saat dunia sedang dalam proses stabilisasi, raksasa properti Tiongkok malah berada di ujung tanduk atau mengalami krisis.