Sisi News

Sisi News – Pada perdagangan hari Rabu (03/04/2024), mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat berada di level Rp15.950. Rupiah terus melemah dan diperkirakan akan kembali menuju level Rp16.000.

Banyak faktor yang menyebabkan mata uang Garuda terus mengalami penurunan. Salah satunya adalah suku bunga The Fed yang masih terlalu tinggi.

Sebagai informasi, sejak bulan Juli 2023 hingga saat ini, The Fed mempertahankan level suku bunga AS di kisaran 5,5%. Hal itu menjadi suku bunga tertinggi negeri Paman Sam sejak krisis keuangan pada tahun 2008.

Selain itu, Amerika Serikat akan menggelar pemilu pada bulan November 2024. Pengumuman kandidat Capres-Cawapres AS menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh pasar keuangan.

Joe Biden dan Donald Trump dipastikan maju kembali menjadi Capres. Yang terbaru, keponakan mendiang Presiden AS ke-35, yaitu Robert F. Kennedy Jr. dikabarkan bakal menjadi ‘penantang’ baru di pemilu AS kali ini.

Alhasil, Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga hingga 6%. Segala upaya sudah dilakukan pemerintah Indonesia, demi menstabilkan nilai Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.

Pemerintah Indonesia mulai mengurangi ketergantungan bertransaksi dengan negara lain menggunakan USD. Bank Indonesia melakukan kerja sama dengan negara lain seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand hingga Korea Selatan untuk bertransaksi menggunakan mata uang masing-masing negara.

Ditambah kasus korupsi Rp271 triliun yang melibatkan PT Timah Tbk yang semakin melemahkan Rupiah. Data dari BCA Sekuritas pada perdagangan hari Rabu, 3 April 2024 memperlihatkan investor asing ‘cabut’ dari bursa saham yang nilainya mencapai Rp2,12 triliun.

Secara grafik sangat memungkinkan jika nilai tukar USD/IDR dapat mencapai level Rp20.000.