Sisi News

Sisi News – Baru-baru ini sebagian wilayah Indonesia khususnya Jabodetabek, diguyur hujan yang cukup deras. Hal itu dikarenakan adanya penggunaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan pemerintah melalui BRIN bekerja sama dengan BMKG dan TNI AU.

Banyak masyarakat yang mengira bahwa modifikasi cuaca sama dengan ‘pawang hujan’, padahal sangat berbeda. Jika pawang hujan mengandalkan keahlian paranormal, sedangkan modifikasi cuaca menggunakan teknologi pemanfaatan air di dalam atmosfer, dikutip dari laman

Apa itu Modifikasi Cuaca?

Secara definisi, TMC merupakan teknologi pengendalian atmosfer dengan memanfaatkan parameter cuaca. Prosedur operasi TMC pada dasarnya dilakukan untuk mempercepat hujan secara alami turun di daerah target.

Hal itu dilakukan dengan cara memicu potensi awan hujan yang ada di atmosfer dengan menebar garam ke dalam awan hujan, sehingga bisa turun jatuh menjadi hujan di tempat tertentu yang diinginkan sesuai kebutuhan dan tujuan.

Seringkali, orang menyebut TMC sebagai hujan buatan, padahal BRIN dan BMKG tidak bisa membuat hujan. Biasanya TNI AU menggunakan pesawat berjenis CASA untuk menebar garam atau NaCl.

Secara biaya operasional, TMC memang murah, tetapi turunnya hujan tergantung dengan kondisi awan. Sehingga, seringkali TMC tidak bisa dilakukan setiap saat.

Selain TMC dengan cara menebar garam, cara lain adalah dengan memanfaatkan air di dam atau waduk. Namun, biayanya lebih mahal karena mengharuskan teknik modifikasi yang dekat dengan waduk.