Sisi News

Sisi News – Kasus DBD di Indonesia secara kumulatif mengalami peningkatan. Data dari Kementerian Kesehatan RI sampai minggu ke-8 tahun 2024 menunjukkan jumlah pasien DBD terkonfirmasi dari Januari 2024 mencapai 15.977 kasus.

Demam Berdarah Dengue menjadi salah satu penyakit yang sepele namun bisa sangat mematikan bagi penderitanya. Hal itu dikarenakan DBD menyerang sistem kekebalan dan vaskular di dalam tubuh.

Faktor utama yang menjadi DBD adalah nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Secara kasat mata, kedua nyamuk tersebut memang sangat sulit dibedakan.

Namun, yang harus diperhatikan untuk menghindari atau mencegah berkembang biaknya jentik nyamuk penyebab DBD, ialah lingkungan yang bersih.

Pencegahan DBD 

Pencegahan yang paling utama dalam menghalau DBD ialah dengan menerapkan 3M Plus. Yaitu Menguras, Menutup dan Memanfaatkan.

Menguras disini bukan hanya membersihkan tempat penampungan air seperti bak mandi, toren, ember maupun kloset. Melainkan juga mengosongkan tempat-tempat yang dapat menjadi genangan air.

Selain Menguras sangat penting untuk Menutup rapat-rapat penampungan air. Hal itu dilakukan agar nyamuk penyebab DBD tidak berkembang biak.

Baru setelah itu Memanfaatkan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai dengan melakukan daur ulang. Yang terakhir, yaitu Plus merupakan kegiatan pendukung untuk mencegah terjadinya penyakit DBD.

Mulai dari membersihkan lingkungan, menggunakan obat nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk seperti lavender hingga menggunakan kawat anti nyamuk.

Penyembuhan DBD

Jika seseorang sudah terlanjur terkena DBD, penting untuk memahami gejala yang timbul. Gejala yang paling umum terjadi pada penderita DBD diantaranya demam tinggi secara mendadak >38 c, kepala terasa nyeri, nyeri pada bola mata, nyeri sendi, nyeri pada ulu hati, mual, muntah hingga muncul ruam atau bintik-bintik merah pada kulit.

Banyak yang beranggapan bahwa penderita DBD harus dirawat di Rumah Sakit. Menurut dr. Roro Rahayu Sp.PD (Spesialis Penyakit Dalam RS Haji Jakarta) tidak semua penderita DBD harus dirawat.

“Gak semua yang kena DBD harus dirawat, kita liat dari kadar trombosit dan kondisi pasien. Kalo memungkinkan untuk bed rest di rumah, sebaiknya di rumah saja. Namun, tetap harus diberikan antibiotik,” jelas dr Rahayu.

Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menambahkan sebenarnya fokus penanganan dan penyembuhan pada penderita DBD adalah imun dari pasien itu sendiri.

“Untuk naikin trombosit sebenarnya gak ada obat yang pasti, fokus kita adalah tubuh pasien supaya cepat pulih, dengan bed rest dan perbanyak minum air putih, dan lingkungan yang bersih,” tambah dr Rahayu.

Untuk itu, jika mengalami 1 dari 8 gejala di atas, sebaiknya segera mengunjungi dokter atau fasilitas kesehatan terdekat. Dokter yang menangani pasti akan merekomendasikan untuk melakukan tes darah agar treatment yang diberikan sesuai.