Sisi News

Sisi News – PBOC (The People’s Bank of China) atau Bank Sentral Tiongkok membuat keputusan yang mengejutkan para pelaku pasar. Di tengah tingginya suku bunga negara-negara maju, PBOC menurukan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25% yang berlaku pada hari Jumat (15/09/2023), dilansir dari CNBC.

Sejak pandemi Covid-19 melanda negara adidaya asal Asia tersebut, Tiongkok beberapa kali menghadapi rintangan ekonomi. Data dari Trading Economic menunjukkan negara yang memiliki penduduk terbesar ke-2 di dunia itu, mengalami deflasi sejak bulan Juli 2023.

Krisis Properti 

Deflasi yang menyebabkan penurunan daya beli, nyatanya sangat berdampak pada sektor properti di Tiongkok. Diketahui, sektor properti Tiongkok mengalami krisis yang cukup parah, di mana banyak developer yang harus ‘gulung tikar’ akibat tidak adanya pembeli.

Salah satu yang mengejutkan adalah developer terbesar di Tiongkok, yaitu Evergrande yang menyatakan pailit. Raksasa properti Tiongkok itu memilik utang yang menumpuk hingga Rp5.000 triliun.

Dengan adanya penurunan suku bunga, hal ini tentu mengejutkan bagi Bank Sentral di dunia terutama negara maju. Aksi yang dilakukan PBOC dapat memberikan ‘semangat’ kepada negara-negara berkembang dalam menghadapi tingginya suku bunga.

Negara berkembang seperti Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini dalam meningkatkan transaksinya dengan Tiongkok. Penurunan suku bunga dapat menjadi insentif tersendiri bagi proyek-proyek strategis Indonesia yang dikerjakan oleh kontraktor asal negara yang dipimpin oleh Xi Jinping itu.